Mungkin kalian semua udah tahu kalau nama blog ini
‘Nashirulhaq’. Sesuatu yang gak istimewa sebenarnya, karena itu emang nama gua
sebagai pemilik blog ini. Tapi kadang gua sendiri sebagai yang punya nama
justru yang merasa aneh sama nama gua sendiri.
Yup, gua sepakat kalo emang hampir semua orang tua selalu
ngasih nama yang baik yang bahkan sebagai doa bagi anak-anaknya. Gua sendiri
juga nyadar kalo orang tua gua pun seperti itu. Kalo diartikan secara bahasa,
‘nashirulhaq’ berarti ‘penolong kebenaran’, bagus bukan?
Tapi seperti yang gua bilang tadi, ada yang ‘ngganjel’ bagi
gua dari nama gua. Ya, soal kata ‘al-haq’ atau kebenaran. Jujur aja, sampai
saat ini gua agak ‘gimana gitu’ sama yang namanya klaim kebenaran, entah dari
suatu agama, aliran, teori, atau apapun yang akhirnya sampai menyalahkan
hal-hal yang berlawanan sama apa yang dinyatakan sebagai kebenaran itu.
Gak tau sejak kapan, pokoknya dari waktu yang udah cukup
lama, gua selalu bertanya-tanya, sebenernya apa sih kebenaran itu? Apa sih
standar yang menjadi patokan untuk sesuatu dikatakan benar-salah? Dan masih
banyak lagi deh.
Samapai akhirnya gua berkesimpulan, bahwa segala sesuatu itu
bisa punya nilai kebenaran apabila sesuai dengan kenyataan. Ok fine, sampai
disini mungkin masih biasa, tapi gua bertanya-tanya lagi, lalu gimana caranya
kita memastikan sesuatu itu sesuai dengan kenyataan?. Sebenernya masalah mulai
muncul dan emang intinya disini.
Untuk hal-hal yang bersifat eksakta, mungkin masalah ini gak
terlalu terpikirkan, karena memang eksakta bisa menjadi teori stelah melalui
berbagai macam observasi dengan berbagai percobaan variabelnya, meskipun gua
juga gak begitu yakin kalo hal-hal eksak se-eksak (pasti) namanya. Buktinya?
Banyak toh penemuan-penemuan ilmiah yang akhirnya terbantahkan setelah
berabad-abad coba diuji ulang oleh ilmuwan-ilmuwan akhir, seperti teori
geosentris ataupun penyataan bahwa atom merupakan benda terkecil di jagad.
Selain itu dalam hal eksakta toh juga masih banyak yang
meragukannya dengan dalih ‘konspirasi’, kebohongan, atau lainnya. Contohnya,
meskipun sejak 1969 Amerika udah menyatakan kalau Neil Amstrong udah sampai ke
bulan, sebagian kalangan muslim masih menyangkal kebenaran hal itu dengan
keyakinan pada QS Ar-Rahman; 33, dan mengatakan kalau itu cuma kebohongan
Amerika.
Lagi-lagi pertanyaannya siapa yang benar dan siapa yang salah
kan? Kalaupun ditanya soal ini gua juga akan ngomong gak tahu, toh semua kalo
dipikir secara jernih dan gak pake pembelaan apapun ya mungkin-mungkin aja kan?
Mungkin aja penafsirannya yang salah, atau memang kenatannya itu memang
kebohongan Amerika kan? Ah entahlah, lagi-lagi disini soal kebenaran masih
misterius dan semua kubu punya pembenaran masing-masing untuk mendukung
pernyatannya. (Untuk soal penafsiran yang nisbi mungkin akan gua bahas lain
waktu).
Itu baru masalah yang dianggap ekskak (pasti, Inggris=exact, red)
lo ya. Belum soal masalah yang sangat nisbi, kayak klaim kebenaran agama,
aliran, dll. Semuanya juga punya pembenaran masing-masing yang sama-sama masuk
akal.
Tadi gua bilang kalo semua punya pembenaran masing-masing
yang masuk akal. Contonya? Gua ambil contoh yang sederhana aja, antara teis dan
ateis. Teis percaya kalo Tuhan itu ada, bisa aja kan? Trus ateis percaya kalo
Tuhan itu nggak ada, dan semua ini terjadi secara kebetulan, bisa juga kan? Toh
kalo pada kenyataan yang hakiki ternyata Tuhan emang gak ada, trus teis mau
apa?
Trus contoh lain, banyak muslim percaya kalo keyakinan
Kristen pada trinitas itu salah. Trus kalo seorang kristiani bilang bahwa Tuhan
it nggak bisa dilogika, karena kesempurnaannya ia tidak bisa dinalar oleh
manusia, jadi sah-sah saja kalo Tuhan itu trinitas alias 3 in 1. Kalo udah gitu
yang muslim mau ngomong apa coba, toh Allah dalam kepercayaan Islam juga abstrak
to? Dan kalau emang pada kenyataan yang hakiki emang Tuhan itu trinitas siapa
yang tahu?.
Jadi kalo menurut gua, ada yang bisa memastikan kebenaran
hakiki. Makanya yang harus kita sadari, kita harus membedakan mana yang disebut
kebenaran dan mana yang disebut KEYAKINAN akan kebenaran. Kalo udah gini, gua
yakin tiap orang akan menghargai keyakinan orang lain masing-masing dan gak
akan memaksakan keyakinan akan kebenaran versi dia.
Ya, orang-orang yang sudah kebanyakan menelan doktrin tentu
akan susah menerima kenyataan ini, bahwa sebenernya semua kepercayaan itu bisa
benar dan bisa enggak. Dan semuanya juga logis serta punya pembenaran
masing-masing.
201, 16112013, 12.16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar